10
SepSuatu kali mungkin anda bertanya mengapa lampu kabin dimatikan atau diredupkan saat hendak lepas landas dan mendarat, terutama saat penerbangan malam hari? Biasanya awak kabin memberitahu para penumpang melalui PA (public announcement) bahwa lampu kabin akan dimatikan dan diredupkan, namun sebagian dari anda pasti bertanya-tanya alasan di balik prosedur baku tersebut. Ada 2 pendekatan untuk menjelaskan alasan ini: pendekatan teknis adalah mengurangi beban penggunaan aliran listrik dipesawat, sedangkan pendekatan psikologis adalah untuk membuat penumpang menjadi “tidak nyaman” dengan memperhatikan sekeliling secara terpaksa lewat jendela yang harus terbuka. keadaan ini akan membuat penumpang menjadi waspada dan cepat bereaksi bila ada aba-aba emergency.
Meredupkan Lampu Kabin
Prosedur ini berhubungan erat dengan karakter penglihatan manusia terkait adaptasi mata disaat gelap. Termasuk ke dalam fase kritis dalam sebuah penerbangan adalah saat lepas landas dan pendaratan. Jika sesuatu yang sangat genting terjadi ketika dalam fase tersebut dan seluruh penumpang harus segera dievakuasi keluar dari pesawat terbang, keadaan di luar pesawat yang gelap dan keadaan di dalam kabin yang terang benderang akan menimbulkan efek “kebutaan sesaat” yang menyulitkan proses evakuasi yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan seluruh penumpang dan awak kabin.
Sama halnya ketika listrik di lingkungan sekitar anda padam di malam hari, nyaris tidak dapat meilhat apa-apa. Namun dengan perlahan kita mulai dapat mengidentifikasi sesuatu di sekitar kita.
Begitu juga di pesawat. Ketika mata anda sudah beradaptasi dengan keadaan gelap atau minimnya pencahayaan, maka anda dapat mengidentifikasi sesuatu termasuk asap dan api yang mungkin muncul di dalam pesawat dalam keadaan yang sangat genting. Dengan begitu, kita dapat memutuskan untuk keluar dari pintu darurat yang terhalang atau diselimuti asap dan api. Hal ini dikarenakan mata manusia membutuhkan rata-rata 20 menit untuk beradaptasi dari keadaan terang ke keadaan gelap.
Membuka Penutup Jendela
Biasanya prosedur meredupkan lampu kabin ini juga diikuti oleh dibukanya penutup jendela kabin penumpang untuk alasan yang senada seperti di atas. Mata perlu waktu dari terang ke gelap dan sebaliknya. Jendela dibuka sehingga mata kita tidak perlu beradaptasi dengan keadaan sekitar. Selain itu juga supaya penumpang/ awak kabin dari dalam pesawat dapat melihat ke sisi luar pesawat jika ada api atau hal darurat lainnya (misal disayap), sehingga awak kabin tidak membuka pintu darurat ditempat yang berbahaya/ tidak bisa dilewati. Selain itu, dalam kondisi darurat, tim penolong dapat melihat kondisi didalam pesawat dari luar.
Menegakkan Sandaran Kursi
Hal lain mengenai safety dalam penerbangan adalah sadaran kursi harus dalam keadaan tegak. Sebenarnya itu supaya penumpang semua dalam keadaan siap. Selain itu supaya tidak mengganggu keselamatan orang yang ada di belakang kita untuk mempermudah meloloskan diri dengan ruang gerak yang memadai.
Salah satu tugas awak kabin adalah membuat mereka yang gelisah dan cemas akan terbang untuk merasa nyaman dan aman. Maka mereka cenderung untuk tidak berpanjang lebar menjelaskan alasan di balik prosedur ini. Bahkan seorang pilot mungkin saja mengatakan kepada para penumpang bahwa lampu kabin dimatikan karena pesawat membutuhkan tenaga ekstra untuk lepas landas atau hal senada yang terdengar normal dan rutin. Apakah awak kabin akan mematikan total atau hanya meredupkan lampu kabin tergantung dari SOP sebuah maskapai itu sendiri.
Bodi pesawat yang panjang, dan tentunya karena pesawat tidak ada spion untuk melihat ke belakang, ditambah dengan awak pesawat yang cuma beberapa pasti akan sulit mengontrol tubuh pesawat. Maka dari itu perlu kerja sama antara penumpang dan awak pesawat.
Have a nice and safe flight … Bon Voyage!!
Copyright 2014 Sharon Tour - All Rights Reserved | Server by ditatompel
Leave a Reply